About

http://www.siahaanandreas.blogspot.com

Uhhh...Indahnya Danau Toba dari Jalanan Pulau Samosir











Sengatan matahari di Sabtu siang pekan lalu, tak menggoyahkan langkahku untuk tetap melanjutkan perjalanan ke Pulau Samosir. Menikmati ketenangan dan keindahan Danau Toba. Begitu tiba di Terminal Amplas, kakiku langsung memasuki sebuah bus umum yang akan membawaku ke Parapat. Di terminal ini ada beberapa angkutan umum yang akan membawa pengunjung ke salah satu objek alam nan memesona ini.

Jika tak ingin naik dari terminal, Anda juga bisa mencari alat transportasi lain, seperti kendaraan sewa atau ke loket transportasi yang menuju ke arah Parapat.Berhubung angkutan yang membawaku adalah angkutan umum, jarak tempuh Medan-Parapat yang harusnya bisa dicapai dalam waktu sekitar 3 jam, harus molor hingga 4 jam.
Bias sinar matahari sore yang berada di ujung Danau Toba langsung menyergap tubuhku saat kaki ini turun dari bus. Berhubung karena hari sudah mulai senja, dan kapal penyeberangan ke Pulau Samosir sudah tidak ada lagi. Aku pun memutuskan untuk mencari penginapan di Parapat. Di tempat ini banyak sekali penginapan, dari mulai yang kelas standar hingga yang internasional. Jadi bagi Anda yang kemalaman di jalan, bisa mencari tempat istirahat seraya menikmati keindahan Danau Toba di malam hari.
Deburan ombak danau yang menurut sejarah berasal dari ledakan yang terjadi sekitar 73.000-75.000 tahun yang lalu serta merupakan letusan supervolcano (gunung berapi super) yang paling baru ini memberi nuansa syahdu dengan embusan angin malam yang bertiup sepoi-sepoi.
Mengagumi Danau Toba dari Atas Kapal
Rasa dingin yang menusuk tulang sedikit demi sedikit mulai hilang, saat matahari pagi menembus pori-pori kulit. Kehangatan pun langsung menyergap tubuhku. Selesai sarapan pagi, aku pun melanjutkan perjalanan ke dermaga Ajibata, salah satu tempat penyeberangan ke Pulau Samosir dengan menggunakan boat/kapal kecil.
Dari dermaga ini, pengunjung bisa menyeberang ke Tomok, Tuk-Tuk dan beberapa tempat wisata lainnya di Pulau Samosir. Sekali menyeberang, tarif yang dikenakan cukup murah. Satu pengunjung hanya dikenai tarif 14 ribu rupiah.
Nuansa khas Batak begitu kental saat berada di atas kapal ini. Sambil memandang dan menikmati keindahan Danau Toba, para penumpang dihibur dengan alunan lagu-lagu Batak yang terdengar enak di telinga. Seraya menggeleng-gelengkan kepala, rasa lelah dan bosan seolah lenyap dari pikiran.
Penyeberangan dari dermaga hingga ke Pulau Samosir dibutuhkan waktu sekitar 40-an menit. Meski tak sampai satu jam, namun aku dapat menikmati dan bersyukur bisa melihat dan merasakan langsung salah satu ciptaan Tuhan ini. Air danau yang membentang luas, pemandangan pegunungan yang terbentang kokoh di sisi seberang Danau serta kumpulan awan-awan yang menggelayut di atas perairan danau. Oh…. sungguh begitu menakjubkan.
Di Antara Pegunungan dan Danau
Embusan angin kencang semakin terasa saat kakiku turun dari kapal menuju dermaga Tuk-Tuk. Melewati jalanan tanjakan yang berjarak sektar 20 meter, sebuah warung kecil yang menjual pernak-pernik khas daerah Samosir langsung menyapaku. Selain menjual barang kerajinan lokal, warung ini juga menyewakan jasa transportasi berupa sepeda dan sepeda motor.
Dengan merogoh kocek 25 ribu untuk sepeda dan 30 ribu untuk sepeda motor, para pengunjung sudah bisa berkeliling daerah objek wisata ini. Karena keterbatasan waktu, aku pun lebih memilih menyewa sepeda motor untuk durasi dua jam dengan harga sewa 50 ribu. Maklum, meskipun harga per-jamnya 30 ribu, tapi kita juga bisa bernegosiasi dengan sang pemiliki.
"Ada beberapa tempat yang bisa dikunjungi. Dari jalan ini terus aja, nanti ada belokan ke kiri, maka akan menuju daerah Tomok. Terus saja dari situ bisa ketempat lain, seperti Ambarita," ungkap Rita, pemilik sepeda motor yang aku sewa.
Setelah mendengar petunjuk dari Rita, aku pun langsung menyusuri jalanan yang lebarnya sekitar dua meter untuk berkeliling wilayah Samosir. Syukurlah, jalanan di sini cukup mulus, kalaupun ada yang berlubang, paling cuma di beberapa tempat saja. Tapi, secara keseluruhan jalanan di Samosir cukup bagus untuk berpetualang.
Meskipun imbas bom di Jakarta cukup memengaruhi wisata di Danau Toba secara keseluruhan, namun saat aku menyusuri jalanan di kawasan ini, terlihat beberapa warga asing nampak menikmati keindahan Danau Toba."Sejak ada bom kemarin, yang datang kesini berkurang. Apalagi dari turis asing. Berbedalah dengan kondisi sebelum ada bom kemarin," ungkap Rita.
Kelokan jalanan yang berliku dengan pemandangan indah pegunungan di sisi dalamnya, dan hamparan air Danau Toba di sisi luarnya membuatku untuk berhenti sejenak untuk sekadar melihat keindahan dan pesona Danau Toba dari dataran Samosir.
Menikmati perjalanan di kawasan ini kurang afdol jika tak berhenti dan melihat-lihat beragam suvenir dan peninggalan sejarah suku Batak di Tomok. Di tempat ini pengunjung bisa berbelanja sepuasnya kerajinan khas lokal daerah tersebut.
Puas menikmati pemandangan di jalanan Pulau Samosir, dan hari juga sudah menjelang sore.Akupun kembali ke tempat penyewaan sepeda motor. Nah, bila Anda ingin lebih lama di sini. Tersedia puluhan penginapan yang dapat Anda manfaatkan. Sambil menunggu kapal yang datang di dermaga Tuk-Tuk, kusempatkan untuk memandang dan memundurkan memori ingatan bagaimana danau nan eksotis ini terbentuk.

Ditemani dengan deburan ombak dan embusan angin, semakin membawa anganku terbang melayang ke ratusan tahun silam. Lamunanku tersentak, saat sirine kapal berbunyi, menandakan jika kapal sedang mencari penumpang untuk kembali ke Dermaga Ajibata Parapat.

Read more

Tanah Leluhur


10samosi.gif Pulau Samosir diyakini sebagai daerah asal orang Batak. Pasalnya, di pulau ini tepatnya di Pusuk Buhit Kecamatan Sianjur Mulamula merupakan asal orang Batak. Pusuk Buhit merupakan perbukitan dengan ketinggian lebih dari 1.800 meter di atas permukaan Danau Toba. Perbukitan ini dipercaya sebagai alam semesta atau “Mulajadi Nabolon” (Tuhan Yang Maha Esa) menampakkan diri. Di kecamatan ini ada Desa Sianjur Mulamula yang merupakan perkampungan pertama kelompok masyarakat Batak.

Desa ini berada di kaki bukit Pusuk Buhit. Di desa ini terdapat cagar budaya berupa miniatur Rumah Si Raja Batak. Sebagai informasi, sebutan Raja Batak bukan karena posisi sebagai raja dan memiliki daerah pemerintahan, melainkan lebih pada penghormatan keturunan Batak terhadap nenek moyang Suku Batak. Informasi yang beredar menyebut, Raja Batak berasal dari Thailand melalui Semenanjung Malaysia, Sumatera hingga tiba di Sianjurmulamula. Informasi lain menyebut Raja Batak berasal dari India melalui daerah Barus atau Alas Gayo hingga sampai ke Danau Toba.

Di perkampungan Sianjurmulamula, ada bangunan rumah semitradisional Batak, yang merupakan rumah panggung terbuat dari kayu, tanpa paku, dilengkapi tangga, dan atap seng. Rumah Batak asli atapnya dari ijuk. Di atas perkampungan terdapat wisata Batu Hobon. Batu ini merupakan peti terbuat dari batu yang dibuat oleh keturunan Raja Batak, Saribu Raja yang merupakan pandai besi ratusan tahun lalu. Di dalam peti batu ini disimpan kekayaan Saribu Raja, yang oleh masyarakat setempat saat ini tak seorang pun berhasil membuka tutup peti.

Di atas Batu Hobon terdapat Sopo Guru Tatea Bulan yang dibangun tahun 1995 oleh Dewan Pengurus Pusat Punguan Pomparan Guru Tatea Bulan. Bangunan ini terdapat di Bukit Sulatti (di bawah Pusuk Buhit), dan di dalam bangunan terdapat sejumlah patung keturunan Raja Batak berikut dengan patung sejumlah kendaraan si Raja Batak dan pengawalnya. Kendaraan itu antara lain naga, gajah, singa, harimau dan kuda. Jejak sejarah di Tanah Batak itu yang sering dilupakan pemerintah.

Read more